|
Mengantisipasi krisis psikologis ummat sebagaimana yang
telah dipaparkan pada awal maudhu’ (tema) ini, perlu diambil langkah-langkah
diagnosis berikut.
Pertama, memahami syariat Islam secara terperinci
(al-ma’rifah ad-daqiq ‘an syari’atil Islam).
Dengan mengilmui syariat Islam, Allah akan memberikan
‘ilmu kasbi (ilmu yang diperoleh melalui usaha yang tekun) dan ‘ilmu ladunni
(ilmu baru yang didapatkan atas kemurahan Allah). Dengan ilmu yang luas akan
mengantarkan seseorang mampu mengidentifikasi permasalahan kehidupan
ummat dan mencari solusi alternatif. Allah akan mengangkat derajat orang yang
beriman dan berilmu. Posisi manusia lebih tinggi dari makhluk lain,
termasuk malaikat, karena interaksinya dengan ilmu.
Allah mencela orang yang menuruti hawa nafsu dan tidak mau
menggali potensi-potensi sama’, bashar dan fuad-nya secara maksimal.
Ibnu Taimiyah mengatakan kebodohan adalah musibah kematian sebelum meninggal.
Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas penggunaan sama’, bashar
dan fuad-nya.
Doa yang seringkali dipanjatkan oleh Rasulullah pada
awal-awal perlangkahan Islam adalah doa agar dianugerahi SDM unggul, “Ya
Allah, jayakanlah Islam ini dengan masuk Islamnya salah satu dari dua Umar.”
Dengan ilmu syariat akan menambah pemiliknya takut kepada Allah, dan
akan menyimpulkan bahwa semua ciptaan-Nya tidaklah sia-sia.
Bangsa-bangsa yang memiliki komitmen peningkatan SDM, maka
akan memiliki keunggulan dalam berbagai aspek kehidupan, sosial, politik,
ideologi, ekonomi, keamanan, dll. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa
perintah mencari ilmu menggunakan kalimat faridhatun, dimana “ta’ marbuthah”
dalam kata ini mempunyai arti superlatif (mubalaghah), alias sangat
diwajibkan.
Kedua, membangun iman secara mendalam (al-iman al-‘amiiq)
Iman akan melahirkan kesadaran untuk hidup Islami secara
total dan menyeluruh, menerima Islam sebagai minhajul hayat (sistem
hidup), tak terjebak pada parsialisasi Islam (juz’iyyatul Islam), atau
ber-Islam karena dorongan intres pribadi.
Iman yang benar akan melahirkan sikap sami’na wa atha’na
(kami mendengar dan kami tunduk) pada ketentuan Allah. Mukmin sejati
memiliki kesiapan lahir dan batin untuk diatur oleh Allah dengan suka rela.
Dengan iman akan melahirkan loyalitas pada kebenaran mutlak, keadilan,
kejujuran, kedamaian, kedisiplinan, keindahan dan sifat-sifat utama yang
lain. Kemenangan iman bukan hadiah ummat Islam semata, tetapi kemenangan
kemanusiaan atas kezaliman, ketidakadilan hukum dan ekonomi dan sikap
represif lainnya. Karena Islam adalah untuk semua manusia (kaffatan lin-naas)
dan rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil-‘alamin).
Iman yang tidak melahirkan gerakan penegakan syariat dalam
kehidupan sama jeleknya dengan amal yang tidak berlandaskan iman. Setelah
mengikrarkan syahadat, konsekuensinya adalah menegakkan syariat shalat.
Syariat shalat merupakan penye-garan ulang tentang kesiapan muslim dalam
mengatur segala aspek kehidupan dengan syariat, demikian kata Al-Maududi.
Ketiga, membangun solidaritas dan soliditas sesama ummat
(al-ittishal al-watsiiq)
Terapi yang ketiga adalah terampil dalam menjalin
hubungan interpersonal dan intrapersonal (shidqun fil mu’amalah). Ada dua
komponen penting sebagai pilar dalam bergaul (rukn al-mukhalathah). Pertama,
minimal kita tidak memiliki sikap berburuk sangka, dengki, benci kepada
sudara muslim. Kedua, maksimal kita mampu menunjukkan sikap itsar
(mengutamakan orang lain melebihi dirinya sendiri).
Berbeda dengan paham barat yang mengatakan, “Kalian bebas
berbuat apa saja asal tidak melanggar batas-batas kebebasan kami.” Islam
mengajarkan sejauh mana Anda mengorbankan kebebasan Anda untuk
kepentingan orang lain.
Bertolak dari shidqun fil mu’amalah akan melahirkan ukhuwah
Islamiyah. Sejarah menunjukkan bahwa dengan jalinan ukhuwah yang solid maka
berbagai kesulitan maupun tantangan yang dihadapi ummat akan mudah
diselesaikan.
Jika ketiga diagnosa krisis yang dipaparkan pada awal tema
ini, diuji secara shahih pada realitas kehidupan ummat, insya-Allah berbagai
krisis yang bersifat konsepsional dan teknis akan segera berakhir.
Dengan sumber daya
manusia yang beriman, berilmu dan dirakit dalam bangunan organisasi yang
kokoh maka akan men-zhahir-kan Islam diatas agama-agama yang lain, semuanya.
Ketiga solusi mendasar diatas – menurut kajian Sistematika Nuzulnya Wahyu –
dinamakan Prinsip Dasar Aqidah, Syari’ah dan Imamah-Jamaah.
|